Senin, 01 November 2010
Soempah Pemoeda ala Punkers
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 00.10 0 komentar
Rabu, 25 November 2009
Tragedi Pendidikan Nasional Jilid Ke Sekian
baca selanjutnya dan beri komentar(klik disini)...
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 09.22 0 komentar
Sabtu, 17 Oktober 2009
SBY dan KIB Jilid 2
Terlepas dari setuju atau tidak, realitas selama ini menunjukkan bahwa belum ada mekanisme oposisi di Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang. Hal inilah yang pada gilirannya membuat kebingungan parpol mencari formula yang sesuai dengan aturan main yang berlaku. Terutama partai-partai yang "hobinya" di luar gelanggang kekuasaan eksekutif. Improvisasi dan akrobat politik kadangkala menjadi jalan alternatif bagi mereka yang di luar kekuasaan, agar mendapat ruang respon dari rakyat. Bahkan "kegenitan" politik menjadi senjata ampuh untuk berhadapan dengan kekuasaan, dengan motto "yang penting beda" dengan penguasa.
Sementara SBY dengan karakter yang "menarik" itu, selalu memberikan feedback minim sarkasme. Alih-alih melawan dengan power yang dia punya, malahan dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II memberikan sebagian "kue kuasanya" kepada parpol yang dianggap lawan. Boleh jadi terobosan yang dilakukan SBY itu berdampak plus-minus. Plusnya, kalau parpol rival memberikan apresiasi yang tinggi dengan dukungan terhadap seluruh program yang dicanangkan, dampaknya efektifitas pemerintah semakin solid. Minusnya, bila parpol rival kurang/tidak sungguh-sungguh memberikan dukungan, maka berdampak pada kinerja pemerintahan yang disorientasi. Ujung-ujungnya rakyatlah yang menjadi "tumbal" (korban) dari kebijakan pemerintah yang tidak efektif dan solid. Wallahu'alam...
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 07.37 0 komentar
Label: Opini
Jumat, 24 Juli 2009
Obsesi Intelektualitas
Dosen dan guru belakangan mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Paling tidak mereka mendapatkan prioritas dari aspek penggajihan sejak anggaran pendidikan naik menjadi 20% dari APBN. Memang belum semua tersentuh oleh program peningkatan kesejahteraan bagi tenaga pendidik termasuk dosen. Namun program ini masih dalam proses yang relatif panjang dan tidak serta merta semua akan selesai dalam waktu sekejap. Yang jelas hari ini -- diakui atau tidak -- peningkatan kesejahteraan itu sudah dapat dinikmati oleh sebagian dari mereka.
Sembari proses peningkatan kesejahtreaan itu bergulir, tugas mulia tenaga pendidik adalah mempercepat proses pencerdasan anak bangsa. Tugas mulia itu akan berjalan mulus, bila dibarengi dengan peningkatan kualitas tanpa henti dan pamrih. Sudah menjadi kemestian kalau para tenaga pendidik mempunyai "nilai tambah" dalam bidang keilmuan untuk menghasilkan output dan outcome yang lebih unggul. Apalagi ditambah dengan antusias dari sebagian masyarakat kita yang menghendaki adanya lembaga-lembaga pendidikan bertaraf internasional. Tuntutan itu akan terrealisir kalau para tanaga pendidik mempersiapkan dirinya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuannya. Lebih-lebih kalau setiap tenaga pendidik (guru dan dosen) mempunyai karya-karya ilmiah yang berbasis riset -- meskipun tidak berlaku semua, seperti seni dan yang sejenisnya. Yang jelas, untuk seluruh tanaga pendidik harus punya karya yang dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat agar terjadi proses perubahan yang lebih proggres.
baca selanjutnya dan beri komentar(klik disini)...
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 08.54 0 komentar
Label: Opini
Selasa, 02 Juni 2009
Antara Manohara dan Ambalat
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia tidak tahu (atau tidak mau tahu) logika diplomasi yang pemerintah lakukan. Tetapi yang lebih penting bagi semua warga-bangsa Indonesia, adalah dibutuh pemimpin nasional yang dapat mempertahan kedaulatan dan martabat bangsa. Oleh karena itu, pemimpin masa depan bangsa ini bukan sekedar “Jago Kandang”, namun mereka dapat juga mengangkat citra Republik ini di pergaulan internasional sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat.
baca selanjutnya dan beri komentar(klik disini)...
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 23.51 2 komentar
Label: Opini
Rabu, 29 April 2009
BANGSAKU, BANGSA PENGHIBUR ??...
Fenomena yang seperti di atas, mengindikasikan bahwa bangsa kita hari ini sedang mengalami “metamorfosis” – perubahan bentuk dan prilaku – yang berorientasi pada pencarian identitas. Menarik untuk dicermati, bahwa bangsa yang sedang mengalami proses pemulihan di berbagai bidang memerlukan sarana penampung minat dan bakat. Hanya saja, lebih dominan memilih sebagai penghibur. Pilihan ini bukan bicara salah-benar. Namun, porsi yang mesti dipertimbangkan adalah keseimbangan orientasi. Sebab, kalau generasi penerus banyak menjadi penghibur, kemungkinan ke depan bangsa ini krisis kepemimpinan yang handal di bidang sain dan teknologi. Kalau sudah begitu adanya, mungkin dirasakan perlunya keseimbangan akan lajunya “bola pendulum” tatanan masa depan calon pemimpin masa depan bangsa.
baca selanjutnya dan beri komentar(klik disini)...
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 22.16 0 komentar
Senin, 06 April 2009
Mahalnya Demokrasi
Beberapa hari yang lalu, saya berdiskusi dengan caleg DPR RI untuk Dapil wilayah kota tertentu di Jabar pada Pemilu legislatif 2009. Dari obrolan itu banyak informasi yang saya dapatkan terutama menyangkut sepak terjang para wakil rakyat selama ini langsung dari sumber aslinya. Kebetulan dia juga sudah dua periode duduk di senayan sebagai wakil rakyat , jadi cukup pengalaman dalam mengilustrasikan berbagai anekdot wakil rakyat yang “terhormat” itu.
Singkat cerita, menurut dia pemilu 2009 adalah sangat berat dan besar “ongkosnya”. Bukan hanya ongkos financial, tetapi sosial, politik, keamanan, psikologis dan yang jelas ekonomi. Kenapa demikian, karena pemilu 2009 lebih ditekankan suara terbanyak dari masing-masing calon legislatif, dan bukan karena nomor urut seperti pemilu-pemilu yang lalu. Sistem yang seperti ini bagi caleg yang sudah punya investasi popularitas di masyarakat mungkin tidak begitu berat. Namun bagi caleg yang baru memulai dan belum banyak dikenal masyarakat menambah sederet kerja keras yang sulit dibayangkan. Belum lagi, regulasi lainnya yang banyak memberikan beban tambahan bagi mereka, seperti caleg harus transparan dalam mengelolah anggaran kampanye.
Dari caleg DPR RI itu, saya dapatkan informasi bahwa negara dalam menyelenggarakan Pemilu Legislatif dan Presiden2009 menghabiskan kurang lebih 25 Triliun. Jumlah ini bukan ongkos yang kecil ditengah-tengah krisis global yang juga menerpa bangsa kita. Belum lagi ongkos-ongkos lainnya (sosial, politik, budaya dan keamanan). Yang jelas, demokrasi mahal ongkosnya. Namun, sepertinya demokrasi lah yang lebih kecil resikonya ketimbang otoriterian.
Berikutnya, yang kita harapkan dari demokrasi adalah tatanan Indonesia yang lebih beradab, bermartabat dan memanusiakan manusia. Siapapun yang jadi wakil rakyat, dan pimpinan nasional di kemudian hari, tidak ada tawar-menawar harus dapat memberikan kontribusi yang terbaik bagi seluruh rakyat Indonesia. Hari ini, rakyat sudah melek politik. Hari ini rakyat sudah bangun dari tidurnya. Hari ini rakyat sudah siap menentukan pilihan demokrasinya. Hari ini, karena sistem demokrasi yang dipilih menjadi “semen” politik di Indonesia, maka harus dihargai, dihormati dan diperlakukan dengan semestinya. Demokrasi jangan diciderai, dilecehkan dan diperlakukan dengan tidak terhormat. Sebab, bila terjadi, rakyat kehilangan kepercayaannya dengan demokrasi yang pada gilirannya memunculkan anarkhisme dan otoritarianisme.
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 20.30 0 komentar
Label: Opini
Rabu, 18 Februari 2009
ANTARA PONARI DAN HILLARY
baca selanjutnya dan beri komentar(klik disini)...
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 21.35 0 komentar
Selasa, 17 Februari 2009
Ponari: Fenomena Mitos Masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia yang sebagian besar tingkat pendidikannya SMP ke bawah, menjadi pemicu berkembangnya mitos-mitos yang di luar batas pertimbangan rasionalitas. Mereka beranggapan bahwa, kehidupan di dunia ini tidak sekedar membutuhkan akal sehat semata, tetapi lebih dari itu, sebagian besar hidupnya untuk sesuatu yang supernatural. Yang dimaksud supernatural disini adalah, sesuatu yang diluar akal sehat atau dunia gaib dan memerlukan kepercayaan yang totalitas tanpa skeptisisme.
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 20.48 2 komentar
Selasa, 10 Februari 2009
Fatsun Politik Bangsa
baca selanjutnya dan beri komentar(klik disini)...
Diposting oleh M.Yusuf Wibisono di 21.24 0 komentar