Image and video hosting by TinyPic

Selasa, 02 Juni 2009

Antara Manohara dan Ambalat

Di tengah-tengah perhatian warga-bangsa disibukkan dengan Pilpres 2009, ada sebagian masyarakat kita yang mengalihkan perhatiannya pada kasus (KDRT) Manohara oleh sang suami pangeran Fachri dari Kelantan Malaysia. Ditambah lagi, aparat keamanan (TNI AL) disibukkan dengan pengusiran kapal AL Malaysia yang seringkali melanggar batas wilayah laut Indonesia di Ambalat. Dua kasus inilah yang sempat hampir menggeser isu-isu Pilpres 2009 (DPS, DPT, dan yang sejenisnya) di beberapa media elektronik dan cetak nasional.

Hampir semua media TV nasional tiap hari, jam, menit bahkan detik mem-blow-up dua kasus tersebut. Beberapa TV itu dibanjiri iklan yang tidak berhenti memberikan keuntungan komersil akan berita yang lagi menghangat di masyarakat. Lagi-lagi wajah Manohara dan sang Ibu (Desy) menghiasi media-media elektronik dan cetak Ibukota. Para pengamat politik bilateral pun ikut memberikan komentar disertai bumbu-bumbu kaitannya dengan Pilpres. Lebih seru lagi, tidak bosan-bosannya ibu-ibu bahkan beberapa bapak-bapaknya juga di berbagai tempat ikut memberikan pendapatnya. Ada yang pro, ada pula yang kontra tergantung dari mana mereka memotret masalah itu.

Sejenak kemudian, tayangan TV pun menayangkan kapal perang AL Malaysia memasuki perbatasan wilayah laut NKRI yang sudah berkali-kali terjadi. Tidak kalah antusiasnya TNI AL penjaga perbatasan wilayah laut RI di Ambalat, berkali-kali juga mengusir kapal-kapal AL Malaysia itu. Konon katanya, persoalan perbatasan di wilayah Ambalat sudah seringkali dibicarakan antara kedua negara (Indonesia dan Malaysia). Namun sejauh ini masih terjadi pelanggaran oleh pihak Malaysia yang berusaha memancing di air keruh di atas perundingan kedua negara tersebut.

Menarik untuk dicermati -- kasus Manohara dan Ambalat secara kebetulan bersamaan – menyodorkan batu uji pada pemerintah SBY-JK dalam hubungan bilateralnya dengan negara tetangga. Sejauh ini, mungkin tidak semua masyarakat Indonesia tahu bagaimana pemerintah menjalin hubungan antar negara. Apakah selama pemerintahan SBY-JK negara RI mempunyai jejak rekam yang smart dalam pergaulan antar bangsa? Ataukah justru malahan sebaliknya, selalu dalam posisi mengalah dan mengalah seperti kasus pulau Sepadan-Ligitan yang kalah oleh Malaysia di Mahkamah Internasional.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia tidak tahu (atau tidak mau tahu) logika diplomasi yang pemerintah lakukan. Tetapi yang lebih penting bagi semua warga-bangsa Indonesia, adalah dibutuh pemimpin nasional yang dapat mempertahan kedaulatan dan martabat bangsa. Oleh karena itu, pemimpin masa depan bangsa ini bukan sekedar “Jago Kandang”, namun mereka dapat juga mengangkat citra Republik ini di pergaulan internasional sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat.



baca selanjutnya dan beri komentar(klik disini)...

blogger templates | Make Money Online