Image and video hosting by TinyPic

Sabtu, 17 Oktober 2009

SBY dan KIB Jilid 2

Seusai pilpres 2009 pasangan SBY-Budiono terpilih menjadi RI 1 dan 2 periode 2009-2014. Saran dan kritik mengiringi kemenangan SBY yang kedua kalinya dalam memimpin Indonesia ke depan. Mulai bagaimana mengurangi angka kemiskinan, pengangguran, KKN, bencana, bahkan sampai memilih pembantunya (Menteri Kabinet). Yang terakhir ini, kadangkala membuat sibuk insan kuli tinta untuk menebak siapa yang layak mendampingi SBY memimpin bangsa ini berikutnya.

Soesilo Bambang Yudhoyono dikenal sebagai sosok pemimpin "flamboyan". Dia adalah tipe manusia yang super hati-hati, tidak mudah ceplas-ceplos, dan cenderung protektif diri tinggi bila dibandingkan seniornya (Gus Dur). Oleh karenanya, ketika SBY memilih para menterinya sangat mencerminkan kepribadiannya yang selalu mencari jalan keluar "teraman". Jatah menteri Selain dari barisan koalisi partai-partai yang mengusung dirinya, ditawarkan pula pada partai rival pilpres (PDIP dan Golkar). Menariknya, argumen yang disodorkan adalah bahwa sistem presidensil ala Indonesia tidak ada sistem oposisi yang definitif seperti di dalam sistem parlementer.

Terlepas dari setuju atau tidak, realitas selama ini menunjukkan bahwa belum ada mekanisme oposisi di Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang. Hal inilah yang pada gilirannya membuat kebingungan parpol mencari formula yang sesuai dengan aturan main yang berlaku. Terutama partai-partai yang "hobinya" di luar gelanggang kekuasaan eksekutif. Improvisasi dan akrobat politik kadangkala menjadi jalan alternatif bagi mereka yang di luar kekuasaan, agar mendapat ruang respon dari rakyat. Bahkan "kegenitan" politik menjadi senjata ampuh untuk berhadapan dengan kekuasaan, dengan motto "yang penting beda" dengan penguasa.

Sementara SBY dengan karakter yang "menarik" itu, selalu memberikan feedback minim sarkasme. Alih-alih melawan dengan power yang dia punya, malahan dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II memberikan sebagian "kue kuasanya" kepada parpol yang dianggap lawan. Boleh jadi terobosan yang dilakukan SBY itu berdampak plus-minus. Plusnya, kalau parpol rival memberikan apresiasi yang tinggi dengan dukungan terhadap seluruh program yang dicanangkan, dampaknya efektifitas pemerintah semakin solid. Minusnya, bila parpol rival kurang/tidak sungguh-sungguh memberikan dukungan, maka berdampak pada kinerja pemerintahan yang disorientasi. Ujung-ujungnya rakyatlah yang menjadi "tumbal" (korban) dari kebijakan pemerintah yang tidak efektif dan solid. Wallahu'alam...

baca selanjutnya dan beri komentar(klik disini)...

blogger templates | Make Money Online